Bekerja itu seperti orang berdagang di pasar. Ada masa ramai, ada masa sepi. Kalau pas lagi ramai, maka kalang kabutlah kita dibuatnya. Tapi kalau lagi sepi, anda bisa ongkang-ongkang kaki sambil browsing internet atau chatting.
Di saat sepi pekerjaan mungkin tidak ada masalah. Paling kalau anda tertangkap basah lagi tidur oleh bos, baru jadi masalah. Setidaknya malu. Tapi secara umum, it's fine lah. Masalahnya baru muncul pada saat pekerjaan rame. Dan ini sangat-sangat sering terjadi. Pekerjaan datang bak air bah. Jadinya hobi chatting terpaksa ditinggal.
Tidak, bukan itu maksudnya. Masalah itu datang jika pekerjaan bertumpuk. Mungkin karena memang anda tidak masuk kantor untuk beberapa hari. Alasannya bisa apa saja. Sakit, cuti, izin, dinas luar, bolos dan sebagainya. Atau mungkin juga karena bos yang memang memberi pekerjaan bertumpuk, tanpa memperhitungkan beban kerja yang sedang kita kerjakan. Atau memang kita-nya yang sedang nggak mood di kantor (sering begitu kan?). Bahasa lainnya: malas kerja. Apapun.
Di saat seperti itu biasanya kita tidak tahu mau mulai dari mana. Dipegang yang satu, yang lain ketinggalan. Dipegang yang ini, yang itu keteteran. Mau nyuruh orang, nggak ada yang mau disuruh. (sesama staf gimana mau nyuruh?). Mau minta tolong, semua orang kelihatannya sibuk atau pura-pura sibuk. Akhirnya keriting sendiri.
Kata orang Barat every cloud has a silver light. Bahasa ibu kita Kartini-nya : Habis gelap terbitlah terang. Kalau kata Deddy Dores dulu : Mendung tak berarti hujan (Nggak nyambung). Nah, dalam kaitannya dengan tugas yang menumpuk, anggap saja ini sebagai ajang latihan dalam menuju ke kualitas pekerjaan yang lebih baik. Sekaligus ajang latihan menjadi manajer yang baik di kemudian hari. Maksudnya, kalau belum bisa memenej pekerjaan, jangan berharap terlalu banyak untuk sukses dalam memenej manusia. Dengan motivasi diri yang seperti itu, langkah pertama sudah dimulai.
Langkah kedua adalah mulai mengorganisir pekerjaan berdasarkan tenggat waktunya. Kalau anda berkeinginan menyelesaikan semua dalam waktu yang bersamaan, silakan nikmati kebingungan anda. Tapi jika kita sudah punya target waktu yang jelas untuk masing-masing pekerjaan, kita akan lebih mudah mengambil keputusan dalam menentukan yang mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Yang tenggat waktu paling dekat, dikerjakan duluan.
Banyak juga karyawan yang terbalik memandang hal ini. Mereka seolah keukeuh terhadap jargon FIFO (First In First Out). Yang masuk lebih dulu, ditangani lebih dulu. Itu benar, sepanjang kondisi normal. Tapi kalau kondisinya sudah emergency, FIFO itu jangan dijadikan pegangan. Bisa saja tugas yang masuk terakhir harus selesai duluan.
Ada 3 hal yang dilatih dalam kondisi kisruh begini. Pertama, staying power. Daya tahan. Penggemar bola pasti tahu istilah ini. Jerman adalah tim yang dianggap punya staying power. Meski ketinggalan gol atau masih kondisi draw, mereka tetap konstan memainkan bola tanpa kelihatan putus asa. Kebanyakan akhirnya ya menang.
Kedua, kemampuan menentukan prioritas. Prioritas ditentukan berdasarkan urgensinya. Semakin urgen suatu tugas, semakin naik peringkatnya dalam urutan prioritas anda. Jadi prioritas paling atas adalah yang pertama harus diselesaikan. Menentukan prioritas ini juga gampang-gampang susah. Anda juga harus bisa memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menangani suatu jenis pekerjaan. Berarti pengalaman dan penguasaan materi pekerjaan adalah hal penting.
Ketiga, kemampuan membaca situasi dan menyesuaikan diri. Semakin genting kondisinya, anda juga harus menyesuaikan persneling anda. Kondisi genting berarti tidak ada istilah business as usual lagi. Kecepatan kerja harus cepat disesuaikan. Jangan santai pada saat persneling tinggi. Bisa ajrut-ajrutan jalannya. Sebaliknya jangan tancap gas pada persneling rendah. Meraung mesinnya. Begitulah.
Pesan moral : Untuk bisa menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk harus bisa bermain sepakbola dan menyetir mobil.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

1 komentar:
kalau ngak bisa main sepak bola dan nyetir, gimana dong :)
salam kenal dari kami.
Posting Komentar