Sabtu, 21 Juni 2008

Manusia-manusia Dalam Rapat

Rapat adalah salah satu aktivitas kantor yang termasuk sering dilakukan. Terlepas dari rapat yang dilakukan hanya berupa rapat terbatas secara informal ataupun rapat yang serius hingga jidat berkerut sampai tujuh lipatan. Pokoknya rapat merupakan 'santapan rohani' yang cukup mendominasi dunia perkantoran.

Terlepas dari urgensinya, rapat bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Itu tergantung situasi dan kondisinya. Jika anda disuruh memilih antara rapat di luar kantor atau mengerjakan pekerjaan rutin yang seperti tidak ada matinya di kantor, rapat bisa menjadi pelarian yang menyenangkan. Tapi bila anda disuruh rapat pada saat pekerjaan anda menumpuk sementara rapat yang anda akan hadiri tidak penting-penting amat, rapat bisa jadi hal yang sangat menyebalkan.

Kalau anda hadir tanpa beban di dalam rapat -sebagai pendamping bos contohnya- cobalah sekali-sekali mengangkat muka dari kertas kerja anda dan melihat rapat dari sisi yang lain. Lihatlah sekeliling dan perhatikan wajah-wajah para peserta rapat. Saya pernah melakukannya.
Sering malah.

Pertama yang anda akan lihat adalah wajah berwibawa dengan ketenangan. Entah tenang bener atau dibikin supaya kelihatan tenang. Biasanya wajah begini adalah wajah bos si pemimpin rapat.

Selanjutnya anda akan melihat orang yang matanya melotot ke depan tapi kita bisa tahu pasti bahwa pikirannya tidak di ruangan rapat itu. Orang begini biasanya adalah orang yang sedang punya masalah di kantornya, tapi terpaksa menghadiri rapat itu karena satu dan lain hal. Mungkin karena tuntutan jabatannya, atau karena ditunjuk mewakili bosnya yang lagi berhalangan.

Terus ada lagi yang terlihat santai. Saya (dan mungkin juga anda) contohnya. Ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah pemain kunci dalam rapat itu. Mungkin hanya mendampingi bos atau diajak rekan kerja. Tipe seperti ini lebih banyak diam tapi kepalanya terus bergerak menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari tahu siapa yang sedang berbicara. Sekali-sekali mereka juga mengangguk-angguk untuk menunjukkan -setidaknya kepada diri mereka sendiri- bahwa mereka mengerti tentang topik yang sedang dibahas. Tapi kebanyakan orang melakukannya biar tidak kelihatan bingungnya saja.

Ada juga yang kelihatan bersemangat. Biasanya ini yang punya gawe. Yang mengundang rapat. Tingkat semangatnya biasanya berbanding lurus dengan jumlah kehadiran peserta. Jika pada saat jam rapat masih banyak peserta yang belum nongol, dia akan terlihat gelisah sambil sesekali melirik jam tangannya. Tapi kalau peserta sudah ngumpul semua secara on time, dia akan terlihat gembira. Namun jika pesertanya jauh lebih banyak daripada yang diundang, dia juga kebingungan. Karena berarti dia harus me re-order konsumsi!

Selain itu ada juga yang terlihat selalu semangat. Bicaranya selalu teknis dan berapi-api. Ada 3 kemungkinan untuk hal seperti ini. Pertama, dia memang orang yang tepat untuk bicara teknis. Kedua, dia mencari perhatian bos. Ketiga, dia mencari pembenaran atas tindakannya. Tindakannya itu bisa berupa kesalahan yang sudah terlanjur dikerjakan, tapi juga bisa berarti upaya untuk menghindari tanggungjawab dengan melimpahkan 'atas nama teknis' kepada pihak lain. Singkatnya, dia mencari kambing hitam.

Bagaimana dengan yang ngantuk? Kalau rapat di ruang kecil, jarang yang ada. Karena pasti langsung ketahuan. Tapi kalau di ruang rapat yang besar, apalagi ekstra besar -seperti di gedung DPR dan DPRD- buanyak.......

Ada lagi yang selanang- selonong ke sana kemari. Ini pasti bukan peserta rapat. Kalau bukan yang mengedarkan teh dan kopi, pasti seksi teknis karena mike atau LCD proyektornya macet....

Pesan moral dari cerita ini: kalau jadi peserta rapat, waspadalah....karena ada orang yang memperhatikan anda. Saya contohnya.

Tidak ada komentar: