Kemaren situs kompas.com menurunkan artikel yang diberi judul "Setiap Orang Perlu Waktu Luang". Meskipun setelah dibaca ternyata isinya berkaitan dengan soal percintaan, saya kira judul tersebut bisa juga ditarik menjadi topik posting kita.
Banyak atasan yang 'sepertinya' tidak memberi waktu luang kepada stafnya. Dalam hal ini maksudnya bukan waktu luang pada jam kerja tapi waktu luang setelah jam kerja. Bingung? Begini ceritanya.
Ada tipe atasan yang kayaknya sangat hobi mengikat kaki karyawannya di kantor. Meskipun sebenarnya jam pulang sudah lewat. Namun kelihatannya si bos tidak rela jika bawahannya meninggalkan kantor. Ada aja alasannya. Kalau alasannya karena ada pekerjaan yang mendesak ya ok ok saja. Tapi kalau memang rutin setiap hari begitu, mungkin ia mengidap gangguan jiwa.
Pengalaman saya dengan bos tipe begini bermacam-macam. Ada bos yang sangat suka memberi tugas pada saat hampir jam bubaran kantor. Dengan bumbu kata-kata 'ditunggu ya..', maka terbelenggulah sang karyawan di meja kerjanya. Ada juga yang suka nongkrong di meja karyawannya yang kira-kira persis di pintu keluar sambil ngobrol ngalor ngidul. Secara tidak langsung kan berarti 'hayo...mau pulang ya..??' pada setiap karyawan yang lewat. Tentu saja karyawan jadi segan keluar meskipun memang sudah jamnya.
Pembenarannya juga macam-macam. Ada yang bilang bahwa 'jam kantor habis untuk rapat dan koordinasi, jadi di luar jam kantor baru kita bisa bekerja'. Padahal kenyataannya yang rapat melulu dan koordinasi melulu kan cuma si bos. Sementara anak buahnya kan kerja dari pagi. Kalau memang ada tugas tambahan mbok yao dikasinya pagi-pagi gitu. Biar sorenya bisa beres. Ada lagi yang bilang kalau sosialisasi itu perlu. Jadi habis jam kantor itu waktunya bersosialisasi, so jangan buru-buru pulang...! Bos ini kayaknya kebanyakan nemenin anaknya nonton film kartun Sin Chan. Karena di situ digambarkan bapaknya Sin Chan (yang katanya stereotip pekerja Jepang), minum-minum sambil karaoke bersama bos dan rekan-rekannya setiap habis jam kerja sebelum pulang. Cuma perlu jadi catatan juga, jangan-jangan si Sin Chan nakalnya minta ampun karena kurang diperhatikan sama bapaknya. Soalnya pulangnya mabok terus....
Dari hasil pembahasan bersama beberapa teman, mungkin ada beberapa alasan yang cukup logis untuk bos macam begini. Satu, ogah rugi. Hitungannya matematis saja. Kalau bisa jam kerja karyawan ditambah tanpa harus nambah gaji berarti untung. Demikian sebaliknya. Kedua, sirik. Artinya, gua kerja lu pulang. Enak bener...(kata si bos dalam hati). Jadi ini semacam kepuasan batin orang yang jiwanya sakit. Ketiga, si bos punya masalah di rumah. Mungkin bermasalah dengan anggota keluarganya, istri, anak, mertua, pembantu atau tetangga. Atau dia tidak punya power sebesar yang dia punya di kantor. Istilah populernya ISTI (Ikatan Suami Takut Istri). Ini yang bikin kantor jauh lebih menyenangkan daripada rumah. Di kantor bisa nyuruh-nyuruh, di rumah boro-boro. Keempat, si bos memang workaholic.
Tapi apapun alasannya, yang perlu diperhatikan oleh para para bos -baik bos besar maupun bos kecil- bahwa karyawan punya kehidupan lain selain di kantor. Mereka punya keluarga dan teman yang juga perlu waktu. Kalau memang anda sebagai bos workaholic yang perlu waktu 25 jam sehari di kantor, ya silakan saja. Tapi jangan menyalahgunakan kekuasaan yang anda punya untuk kepuasan jiwa anda pribadi semata. Maksudnya, jangan ngajak-ngajak karyawan...
Pesan moral : Terlalu banyak nonton Sin Chan bisa membuat anda harus berkonsultasi ke psikiater.
Selasa, 24 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar